Yang Lain Boleh Bersandiwara, Saya Apa Adanya..

Sabtu, 27 Maret 2010

Keterkaitan atau Hubungan Sistem Informasi dengan Ilmu Budaya Dasar



Karya ilmiah ini saya kerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Dan juga agar masyarakat luas lebih mengerti tentang keterkaitan dari Sistem Informasi dengan Ilmu Budaya Dasar.


Disusun oleh :

Pandu Hadi Negara

Kelas : 1KA06

NPM : 13109077


Universitas Gunadarma

Depok

2010


Dosen

Harry Mufrizon


Kata Pengantar


Terima Kasih kepada Allah SWT dan juga semua pihak seperti teman-teman dan sahabat saya yang telah membantu saya untuk menyelesaikan tugas ini, sehingga karya ilmiah ini bisa terselesaikan dan tak lupa juga kepada semua narasumber baik itu melalui internet ataupun dari buku-buku petunjuk yang telah banyak membantu saya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca khususnya mahasiswa, karena isi dari karya ilmiah ini sangat penting sehingga dapat mengetahui lebih dalam lagi dan juga dapat memperluas wawasan kita tentang keterkaitan atau hubungan Sistem Informasi dengan Ilmu Budaya Dasar.


Abstraksi


Dan alasan mengapa saya menyusun karya ilmiah ini karena menurut saya keterkaitan Sistem Informasi dengan Ilmu Budaya Dasar itu sangat penting. Karena peran dunia sistem informasi itu bisa digunakan masyarakat untuk mengakses ilmu yang terkait dengan ilmu budaya khususnya budaya Indonesia. Sehingga kita bisa memperkenalkan kepada semua masyarakat luas tentang Budaya yang kita miliki melalui internet, dengan tujuan agar kita dapat mempertahankan budaya yang kita miliki agar tidak di kecam oleh bangsa asing. Selain itu peran dari dunia sistem informasi sangat membantu sekali karena kita dapat meningkatkan budaya yang kita miliki dan juga dapat menjaga kelestarian budaya kita, alasan mengapa dapat menjaga kelestariannya karena pada era globalisasi masyarakat bisa mencari informasi apapun melalui akses internet. Sehingga masyarakat bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang ilmu budaya.




Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................................

Abstraksi............................................................................................................................................

Sistem Ilmu dan Pengetahuan................................................................................................

Pengertian Sosial Budaya......................................................................................................

Ilmu Informasi.......................................................................................................................

Budaya Informasi...................................................................................................................

Kesimpulan dan Saran........................................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................................................











































Sistem ilmu dan pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

  • pengetahuan tentang alam

  • pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya

  • pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia

  • pengetahuan tentang ruang dan waktu




Pengertian Sosial Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.

Ilmu informasi

Ilmu informasi adalah ilmu yang mempelajari data dan informasi, dan mencakup cara bagaimana menginterpretasi, menganalisa, menyimpan, dan mengambil kembali data dan informasi tersebut. Ilmu informasi merupakan dasar dari analisa komunikasi dan basis data.

Secara lebih luas, ilmu informasi merupakan bidang interdisipliner yang berkaitan dengan beberapa aspek ilmu komputer, ilmu perpustakaan, dengan bidang kognitif, dan ilmu sosial.






Budaya Informasi



Para budayawan dan para teoritisi kebudayaan nampaknya memang lebih sering menempatkan kata “informasi” di balik berbagai kata lain yang lebih penting, misalnya nilai, aturan, dan signifikansi. Dari perspektif budaya, informasi merupakan seringkali adalah “makna dalam derajat nol”, atau sebagai semacam kondisi minimal bagi pemaknaan, ideologi, dan signifikasi. Dengan lebih sederhana, kita sering mengatakan bahwa informasi adalah semacam “bahan mentah” yang masih perlu diolah agar menjadi bermakna. Lalu, setelah mengalami pemaknaan, barulah kita memberikan nilai. Para budayawan dan ilmuwan humaniora cenderung lebih suka bicara tentang nilai dan makna, daripada bahan mentahnya itu.

Ketika membicarakan fenomena informasi, budayawan dan teoritisi budaya lebih sering menengok ke “komunikasi”. Kata ini lebih akrab di telinga para ilmuwan humaniora, padahal mereka juga mengerti bahwa “komunikasi” tentu saja mengandung perpindahan dan pertukaran (atau transmisi) informasi. Lalu, komunikasi menjadi obrolan budayawan karena melibatkan jaringan sosial dan jaringan makna bersama. Lebih lanjut lagi, jaringan sosial dan makna ini lalu dikaitkan dengan politik hegemoni.

Ambil contoh yang lebih kongrkit lagi: siaran berita di televisi, apakah itu adalah sebuah “peristiwa informasi” (information event). Bagi para peneliti budaya, ketika seorang pembaca berita menyampaikan berita, maka pertama-tama tentunya ia menyampaikan informasi. Namun pembaca berita tidak hanya menyampaikan informasi tentang kejadian hari itu (bom meledak, pemogokan, pidato presiden) tetapi juga menambahkan serangkaian konotasi (atau makna) ke informasi tersebut. Katakanlah, informasi ini sebenarnya adalah pesan denotatif dasar. Pesan di dalam sebuah berita dapat saja dianggap semata-mata informasi bahwa ada bom meledak, tetapi yang disampaikan oleh si pembaca berita bukan hanya informasi. Lebih dari itu!

Bagi budayawan dan teoritisi humaniora, tak lagi penting bicara “informasi” yang terkandung dalam berita. Lebih penting bicara tentang makna “di balik informasi” yang tersampaikan dalam bentuk berita itu. Para budayawan ingin sekali mengungkapkan apakah di makna tersebut ada kepentingan dan nilai-nilai sebuah kelas yang berkuasa atau blok yang memiliki hegemoni. Pembicaraan juga bisa jadi lebih seru, kalau berita di televisi dikaitkan dengan, misalnya, kepentingan kelas kapitalis yang secara meluas “memiliki” media. Dalam pengertian ini maka informasi yang ditransmisikan di sebuah siaran berita bersifat sekunder jika dibandingkan dengan makna yang diartikulasikan di dalamnya, yang pada gilirannya juga kemudian akan diserap oleh praktik-praktik sosial untuk menghasilkan realitas sosial. Bagi seorang budayawan, tak penting apakah sebuah berita mengandung “informasi”. Lebih penting adalah bagaimana informasi itu kemudian menimbulkan reaksi sosial-budaya (mulai dari dukungan terhadap perang sampai identitas kultural dan gayahidup).

Mau contoh gampang lagi: peneliti humaniora mungkin kurang peduli tentang seberapa informatif pernyataan Presiden SBY tentang BBM, tetapi lebih peduli pada seberapa percaya masyarakat pada ucapan Presiden di dalam konteks hidup bernegara (dan “budaya bernegara”). Informasi dengan demikian dilihat hanya sebagai sejenis alibi untuk mengkomunikasikan makna-makna sosial. Di dalam makna-makna sosial inilah terjadi politik kebudayaan yang “nyata”. Kita boleh mengkaji apakah ada nilai-nilai baru di negara ini yang berkaitan dengan seberapa percayakah masyarakat kepada presidennya. Apakah ada “budaya informasi” yang membuat semua pihak lega dan tidak saling melempar tanggungjawab?

Kalau sudah begini, rasanya aneh bicara “teori informasi” sebagaimana yang diusulkan oleh Shannon dan Weaver (lihat di sini). Teori yang amat matematis ini (sesuai namanya) menjadi kedengaran seperti “menantang” banyak pandangan budayawan tentang politik atau budaya politik seperti di atas. Produksi informasi besar-besaran dan repetitif (berulang-ulang), misalnya dalam bentuk pengulang-ulangan ucapan Presiden SBY di televisi, mungkin amat cocok untuk dihitung dan dibuatkan statistiknya oleh para “ilmuwan informasi”. Namun, hitungan dan statistik ini jadi absurd di mata orang-orang yang terlatih dalam hal semiotika atau dekonstruksi, untuk menyebut dua saja ranah kajian budaya.

Pidato Presiden SBY, atau presiden mana pun di dunia ini, yang mungkin saja amat menantang untuk dihitung secara matematis dan lalu dipakai untuk menghitung suara kelak di pemilu mendatang, semakin tampil sebagai tingkatan komunikasi yang paling membosankan dan repetitif. Bagi para budayawan, keterulangan dan mobilisasi pernyataan yang didaurulang di stasiun televisi ini hanya akan menarik kalau dijadikan proses pembentukan opini publik, reiterasi klise tentang nasionalisme, atau kritik terhadap ideologi neoliberal.

Kelimpah-ruahan informasi, yang selalu jadi pembenar bagi teori informasi (dan bagi kenaikan gaji para perancang teknologi informasi!), malah akan terlihat sebagai intervensi penguasa (politik maupun bisnis) dalam milieu informasional. Hiruk pikuk di dunia informasi bukan cuma produksi informasi dan kontra-informasi, tetapi juga sebuah keterlibatan dan ketidak-terlibatan. Para budayawan punya alasan sah untuk melihat Internet sebagai transformasi dalam moda produksi pengetahuan dan kekuasaan baru. Internet sebagai “ruang informasi raksasa” bahkan tidak semata-mata mengandung hegemoni baru, tetapi juga mencerminkan keseluruhan dinamika komunikasi yang amat ramai dan tidak sejajar, tempat berbagai jaringan televisi global, nasional, regional, dan lokal saling menyelaras dan menyela; saling berebut pengaruh dan saling berlomba menjadi yang paling culas secara menawan.








KESIMPULAN

System informasi dan ilmu budaya dasar mempunyai keterkaitan yang erat karena keduannya saling melengkapi satu sama lain. Sebuah system informasi yang dapat memberikan informasi berupa berbagai pengetahuan, baik lisan maupun tulisan dan ilmu budaya dasar yang mengajarkan konsep dasar kemanusiaan .

Kemudahan mengakses informasi saat ini baiknya dapat digunakan sesuai dengan kaidahnya, agar informasi yang telah di sajikan dapat menghasilkan sebuah manfaat . informasi dan komunikasi yang baik akan menghasilkan sebuah sinkronisasi budaya yang baik. Yang terpenting adalah ilmu budaya dasar memberikan kita sebuah pedoman dalam mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, terutama berkaitan dengan masalah kemanusiaan dan kebudayaan agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran seseorang terhadap lingkungan dan ilmu pengetahuan serta teknologi semakin peka.







SARAN

Mempelajari lebih dalam lagi mengenai Sistem informasi dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mengaplikasikan konsep-konsep dasar ilmu budaya dasar yang mengajak pembaca menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang baik berwawasan, dan juga mempunyai pola pikir yang maju.

Menggunakan teknologi informasi yang sedang berkambang saat ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, serta menjadikan informasi sebagai jendela pengetahuan yang dapat di akses dengan mudah, tepat, cepa dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
www . wikipedia . com