Yang Lain Boleh Bersandiwara, Saya Apa Adanya..

Rabu, 14 Maret 2012

Definisi Penalaran

Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.
Mungkin beberapa dari kita masih belum memahami betul apa arti penalaran. Apakah orang yang salah nalar berarti orang bodoh? Tidak. Orang salah nalar bisa terjadi karena strategem (kecohan yang bertujuan tertentu), salah nalar (reasoning fallacy), atau salah nalar karena aspek kemanusiaan. Jadi, bedakan antara penalaran dan kebodohan.
Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.
Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason) dibalik suatu pernyataan.
Disini akan saya kaitkan secara langsung dengan contoh. Pemimpin teroris mengatakan bahwa orang-orang diluar dari orang golongannya adalah kafir dan halal untuk dibunuh. Kalau kita tanya ke pemimpin teroris, kenapa Pak pimpinan teroris? Jawabannya, karena tertulis bahwa yang diluar jalan kita, adalah kafir. Atau mungkin jawaban lainnya, saya ini pimpinan yang dipilih oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Kalian bisa percaya kekuasaan tertinggi, maka kalian harusnya bisa percaya kata-kata saya.
Contoh diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris membuat pernyataan. Pernyataan ini digunakan untuk membentuk keyakinan. Pernyataan dari pemipin teroris beserta alasannya perlu kita kaji dengan menggunakan penalaran. Penalaran akan menentukan apakah pernyataan dari pimpinan teroris ini layak untuk kita yakini atau tidak.
Sekarang kita mulai melakukan pembahasan mengenai penalaran.
Bila dilihat dari definisi teori, maka ada 3 komponen pembentuk penalaran yaitu, pernyataan (asersi), keyakinan, dan argumen. Pernyataan merupakan masukan (input) dari penalaran. Argumen merupakan proses dari penalaran, yaitu proses saling menginferensikan pernyataan-pernyataan yang ada. Kemudian, keyakinan bahwa pernyataan konklusi valid adalah keluaran (output) dari penalaran.
Argumen merupakan serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat didalamnya, merupakan poin penting dalam penalaran. Argumen ini merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan. Berarti, argumen berfungsi untuk memelihara, membentuk, atau mengubah keyakinan.
Diatas terlihat bahwa argumen terdiri dari asersi. Asersi adalah penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan. Asersi ini harus dikuantifikasikan untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi.
Pengkuantifikasian ini adalah: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua
Penyajian asersi akan lebih baik bila berdasar bentuk daripada makna. Contoh berdasar makna: Semua dosen adalah pendidik. Berdasar makna, orang akan melihat makna asersi daripada bentuknya. Contoh berdasar bentuk: semua A adalah B. Bila berdasar bentuk, A atau B kita ganti dengan apapun, asersi itu akan tetap benar.
Hubungan asersi:
Asersi inklusi: semua A adalah B, tidak semua B adalah A
Asersi ekslusi: tidak satupun A adalah B, tidak satupun B adalah A
Asersi saling isi: Beberapa B adalah A (bila menggunakan diagram venn, akan lebih terlihat bahwa Ada himpunan B dan A, dimana ada potongan antara B dan A)
Bila menggunakan himpunan, maka akan terlihat perbedaan antara bersertifikat akuntan publik dan akuntan publik bersertifikat. Asersi pertama menunjukkan bahwa ada himpunan orang-orang bersertifikat, salah satunya adalah akuntan publik (himpunan bersertifikat dokter, bersertifikat dosen, bersertifikat guru, bersertifikat akuntan publik). Asersi kedua berarti ada himpunan akuntan (akuntan, akuntan publik, akuntan pajak), dan dalam akuntan publik, ada akuntan publik bersertifikat dan akuntan publik tidak bersertifikat. Disini terlihat bahwa beda asersi, maknanya bisa berbeda.
Ada beberapa jenis asersi, yaitu asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta. Asumsi adalah asersi yang kebenarannya tidak diketahui, tetapi kita yakini benar. Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum teruji. Pernyataan adalah fakta, adalah asersi yang kebenarannya jelas diketahui. Fungsi asersi ini adalah untuk pernyataan premis atau konklusi.
Keyakinan adalah kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
Properitas keyakinan terdiri dari:
•Keadabenaran: suatu keyakinan ‘proper’ bila ada kebenarannya
•Bukan pendapat: suatu keyakinan harus bukan merupakan pendapat seorang (paling tidak pendapat seorang yang sudah disetujui bersama-sama)
•Bertingkat: ada tingkatan keyakinan (tidak yakin-yakin sekali)
•Berbias: keyakinan bisa berbeda-beda tiap orang, dipengaruhi berbagai hal (contoh, keyakinan bahwa ajaran suatu agama paling benar)
•Bermuatan nilai: keyakinan dilekati nilai-nilai (etika, moral, agama)
•Berkekuatan: kekuatan keyakinan orang.
•Veridikal: kesesuaian keyakinan dengan kenyataan.
•Berketertempaan: keyakinan harus tidak mudah untuk diubah.
Argumen terdiri dari Argumen deduktif, dan nondeduktif (induktif, analogi, sebab akibat).
Argumen deduktif adalah argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor). Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument).
Contoh: Semua binatang menyusui berparu-paru. Kucing adalah binatang menyusui. Kesimpulannya, kucing berparu-paru.
Kriteria kebenaran argumen deduktif ini adalah kelengkapan, kejelasan (apakah artinya jelas), validitas (konklusi mengikuti premis), keterpercayaian (premis dapat dipercaya).
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).
Kriteria kebenaran logis: semua premis benar, konklusi mengikuti semua premis, semua premis dapat diterima.
Argumen induktif adalah argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis. Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument).
Contoh argumen induktif: Kebanyakan orang Jawa Timur berani bicara. Wardoyo orang Jawa Timur. Kesimpulannya, Wardoyo berani berbicara. Argumen ini boleh jadi benar atau belum tentu benar (untuk meyakinkan, perlu dilekati confidence level, misalnya 95%).
Argumen Analogi: Argumen yang menurunkan konklusi atas dasar kemiripan karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsur suatu objek yang disebutkan dalam asersi. Kemiripan ini merupakan hubungan konseptual bukan hubungan fisis atau keidentikan. Analogi ini memiliki kelemahan, karena bagaimanapun juga apa yang dianalogikan memiliki banyak kelemahan. Perbedaan yang melemahkan konklusi sering disembunyikan, padahal perbedaan sering lebih dominan daripada kemiripan.
Argumen Sebab Akibat: Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain. Kriteria penyebaban: Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek), faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat, tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi.
Kecohan (Fallacy)
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid. Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid.
Telah disinggung diatas, bahwa orang dapat mengecoh atau terkecoh karena: Strategem (kecohan yang bertujuan), salah nalar (reasoning fallacy), aspek manusia dalam berargumen.
Kecohan karena strategem:
•Persuasi taklangsung: strategem untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran pernyataan bukan melalui argumen atau penalaran, tapimelalui cara-cara yang tidak berkaitan dengan validitas argumen. Contohnya dibidang periklanan. Untuk membujuk orang membeli produk, orang tidak diberi argumen mengapa produk itu berkualitas, tapi ditunjuki bahwa selebritis yang menggunakan produk itu.
•Membidik orangnya: strategem ini digunakan untuk melemahkan posisi atau pernyataan dengan menghubungkan pernyataan atau argumen dengan pribadi orang. Jadi yang dilawan orangnya, bukan argumennya. Taktik ini disebut argumentum ad hominem. Contohnya: Jangan menggunakan kurikulum itu karena yang mengembangkan adalah pengelola lama. (bukan permasalahan di kurikulumnya yang difokuskan, tapi orang yang mengembangkannya).
•Menyampingkan masalah: Strategem ini dilakukan dengan cara mengajukan argumen yang tidak bertumpu pada amsalah pokok atau dengan cara mengalihkan masalah ke masalah lain. Penyampingan masalah ini dilakukan dengan memberi penjelasan yang tidak menjawab masalah. Contohnya: Pembenahan istilah akuntansi tidak perlu dilakukan, karena dalam akuntansi yang penting kita tahu maksudnya.
•Misrepresentasi: Strategem digunakan biasanya untuk menyanggah atau menjatuhkan posisi lawan, dengan memutarbalikan atau menyembunyikan fakta baik secara halus maupun terang-terangan. Contohnya, Orang dari Partai A mengajukan argumen untuk mendukung kebijakan pemerintah yaitu, mengurangi anggaran pertahanan dan meningkatkan anggaran pendidikan. Lawan politiknya menyanggah dan menuduh bahwa Orang dari partai A ingin menghancurkan kekuatan militer negara.
•Imbauan cacah: Strategem ini digunakan untuk mendukung posisi bahwa banyak orang melakukan apa yang dikandung posisi tersebut. Sebagai contoh, suatu kelompok memegang posisi untuk membolehkan penaikan harga karena rekanan yang lain juga melakukan itu. Agar tidak terkecoh, orang harus memegang prinsip bahwa, suatu hal tidak menjadi benar lantaran banyak orang yang melakukannya. Contoh, banyak orang melakukan korupsi tidak membuat korupsi menjadi benar.
•Imbauan autoritas: Strategem ini digunakan untuk mendukung posisi dengan menggunakan autoritas. Dengan imbauan autoritas, orang berusaha meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan menunjukkan bahwa posisi tersebut dipegang oleh orang yang mempunyai autoritas dalam masalah bersangkutan tanpa menunjukkan bagaimana autoritas bernalar. Bila autoritas dan penalarannya memang layak , orang akan terbujuk ke arah yang benar. Tapi kalau autoritas dijadikan alat membujuk, maka kecohan yang terjadi. Contoh: Rakyat diminta untuk mengikuti kebijakan baru, karena yang membuat kebijakan adalah pemerintah. Contoh lain: menonjolkan jabatan dalam berargumen. Agar tidak terkecoh dalam strategem, beberapa prinsip diajukan Nickerson berikut dapat dijadikan dasar mengembangkan argumen atau penalaran:
• The fact that an authoritative person holds a particular view does not make that view correct.
• The fact that a highly knowledgeable individual holds a certain belief with respect to his particular area of knowledge should carry some weight.
• A belief is not necessarily right because it is held by an expert.
•Imbauan tradisi: Orang melakukan atau meyakini sesuatu karena begitulah yang dilakukan sejak lama. Strategem ini salah karena bisa saja ada cara baru yang lebih baik (secara rasional atau praktis). Contoh: sejak dulu kita sudah menggunakan istilah beban, kenapa harus diubah.
•Dilema semu: adalah taktik seseorang untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan gagasannya dan satu alternatif lain kemudian mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan, atau mengerikan sehingga tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan. Contohnya: “Kita harus menyetujui amandemen ini atau negara kita akan hancur.”
Dasar pikirannya adalah negara kita tidak boleh hancur, dan simpulannya maka kita harus menyetujui amandemen. Kecohan terjadi karena seakan-akan hanya ada dua pilihan, padahal kenyataanya ada beberapa alternatif lain yang lebih valid.
•Imbauan emosi: Daya bujuk argumen dicapai dengan cara membaurkan emosi dengan nalar (disebut confusing emotion with reason atau motive in place of support). Dengan taktik ini, emosi orang yang dituju diagitasi sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak menerima argumen atau keyakinan. Dua strategem yang dapat digunakan untuk mencapai hal ini adalah imbauan belas kasih (appeal to pity) dan imabuan tekanan/kekuasaan (appeal to force).
Contoh imbauan belas kasih: orang memaksa kita untuk menyetujui sesuatu dengan menangis, menyatakan kalau kita tidak setuju dia akan menderita, atau menunjukkan penderitaannya agar kita setuju dengan argumennya.
Contoh imabuan tekanan: orang memaksa kita untuk menyetujui sesuatu dengan ancaman, menyatakan kalau kita tidak setuju kita akan menderita, atau menunjukkan penderitaan yang akan ditanggung bila kita tidak setuju.
Selain strategem, ada kecohan karena salah nalar. Salah nalar terjadi karena:
•Menyangkal anteseden atau menegaskan konsekuen: argumen valid bila menegaskan anteseden (modus ponens), atau menyangkal konsekuen (modus pollens). Contoh: Jika saya di Semarang, maka saya di Jawa Tengah. Saya di Semarang. Maka Saya di Jawa Tengah. (Jika A, maka B. A. Maka B) -Benar karena menegaskan anteseden. Menjadi salah bila: Saya di Semarang maka Saya di Jawa Tengah. Saya di Jawa Tengah (menegaskan konsekuen), maka saya di Semarang.
•Pentaksaan: Salah nalar dapat terjadi bila ungkapan dalam premis yang satu mempunyai makna yang berbeda dengan makna ungkapan yang sama dalam premis lainnya. Contoh (Nickerson): Nothing is better than eternal happines. A ham sandwhich is better than nothing. Konlusi: A ham sandwhich is better than eternal happiness. ini salah karena nothing dalam premis mayor berarti tidak ada satupun dari himpunan objek yang memenuhi syarat sehingga kebahagiaan abadi yang terbaik. Nothing dalam premis minor berarti, tidak tersedianya anggota lain dalam himpunan yang ada didalamnya.
•Overgeneralization: Salah nalar ini sering terjadi, yaitu melekatkan karakteristik sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan secara berlebihan. Contoh sudah disebutkan dibagian atas.
Aspek manusia dalam penalaran:
•Penjelasan sederhana: Rasionalitas menuntut penjelasan yang sesuai dengan fakta. Kebutuhan akan penjelasan terhadap apa yang mengusik pikiran merupakan fondasi berkembangnya ilmu pengetahuan. Namun kadang orang cukup dibuat puas dengan penjelasan sederhana yang pertama ditawarkan sehingga dia tidak berupaya untuk mengevaluasi secara saksama kelayakan penjelasan dan membandingkannya dengan penjelasan alternatif. Dengan kata lain, orang menjadi tidak kritis dalam menerima penjelasan.
•Kepentingan mengalahkan nalar: Hambatan untuk bernalar sering muncul akibat orang punya kepentingan tertentu yang harus dipertahankan. Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi (keputusan) tersebut sangat lemah dari segi argumen.
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kepentingan untuk hidup (mendapatkan uang, kekuasaan, dan jabatan) digunakan untuk menghambat penalaran.
Dalam dunia akademik dan ilmiah, kepentingan untuk menjaga harga diri individual atau kelompok (walaupun semu) dapat menyebabkan orang (akademisi atau ilmuwan) berbuat yang tidak masuk akal.
Kebebasan akademik merupakan ciri penting lingkungan akademik yang kondusif untuk pengembangan pengetahuan dan profesi. Kebebasan akademik harus diartikan sebagai kebebasan untuk berbeda pendapat secara akademik yang memungkinkan akademisi berpendapat seacara terbuka. Sikap akademisi yang patut dihargai adalah kebersediaan untuk berargumen.
Sikap ilmiah menuntut akademisi untuk berani membaca dan memahami gagasan alternatif dan, kalau gagasan tersebut valid dan menuju ke perbaikan, bersedia untuk membawanya, bukan mengisolasinya.
keberanian dan kebersediaan seperti ini merupakan suatu ciri sikap ilmiah dan akademik yang sangat terpuji (respected).
Ini tidak berarti bahwa akademisi harus selalu setuju dengan suatu gagasan. Ketidaksetujuan dengan suatu gagasan (setelah berani membaca) merupakan sikap ilmiah asal dilandasi argumen yang bernalar dan valid.
Ketidakberanian dan ketidakbersediaan itulah yang merupakan sikap tidak ilmiah (akademik).
Sikap pakar dan akademisi yang tidak masuk akal tersebut, yang sering disebut sebagai sikap insulting the intelligence.
•Sindrom tes klinis: Ini menggambarkan bahwa seseorang yang merasa (bahkan yakin) bahwa terdapat ketidakberesan dalam tubuhnya dan dia juga tahu benar apa yang terjadi karena pengetahuannya tentang suatu penyakit. tetapi dia tidak berani untuk memeriksakan diri dan menjalani tes klinis karena takut bahwa dugaannya benar. Akhirnya orang ini tidak memeriksakan diri dan menganggap dirinya sehat.
•Merasionalkan daripada menalar: Bila terjadi keberpihakan, kepentingan, atau ketakritisan, orang terlanjur mengambil posisi dan ternyata posisi tersebut salah atau lemah, orang ada kalanya berusaha untuk mencari-cari justifikasi untuk membenarkan posisinya. Dalam hal ini, tujuan diskusi bukan lagi untuk mencari kebenaran atau validitas, tetapi untuk membela diri atau menutupi rasa malu. Bila hal ini terjadi, orang tersebut sebenarnya tidak lagi menalar (to reason) tetapi merasionalkan (to rationalize).

Sumber dan referensi :
http://rogonyowosukmo.wordpress.com/2009/12/04/apa-itu-penalaran-reasoning/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar