Yang Lain Boleh Bersandiwara, Saya Apa Adanya..

Rabu, 14 Maret 2012

Gemuruh Mobil Esemka Vs Fanatisme Buta pada Sebuah Produk

Semenjak Joko Widodo memberikan tauladan kepada masyarakat serta pembesar negeri ini untuk menggunakan produk buatan dalam negeri yang diaplikasikan dengan menggunakan mobil karya siswa-siswa SMK, gemuruh mobil yang katanya 80% bahan serta perakitannya ditangani sendiri oleh anak-anak SMK tersebut semakin menggema dimana-mana. Keberadaan mobil ESEMKA memang seakan menjadi sebuah obat bagi seluruh masyarakat Indonesia yang haus akan kebanggaan seperti halnya juga para politisi yang haus akan momentum. Setelah kebanggaan masyarakat terhadap Komodo dan prestasi Timnas Sepak Bola meredup karena terasa menjemukan akibat politisasi para elite negeri ini, kini mobil ESEMKA menyeruak menghadirkan sejuta cerita. Menyeruaknya nama mobil ESEMKA tak lepas dari polemik Joko Widodo dan Bibit Waluyo yang juga menyeruak dipermukaan. Walikota Solo yang begitu membumi namanya tersebut memang terkenal sebagai pemimpin yang mampu memberikan kebanggaan dan tauladan bagi warganya. Setelah membuat gebrakan seperti tidak mengambil gajinya sebagai Walikota (sepengetahuan saya), menolak berganti mobil dinas meskipun sudah dianjurkan oleh bapak-bapak dewan, serta mempromosikan kotanya lewat peluncuran bus tingkat dan kegiatan bersepeda bersama masyarakat setiap hari minggu. Lain halnya dengan Bibit Waluyo, Sang Gubernur Jawa Tengah tersebut belakangan namanya ramai diperbincangkan akibat berbeda paham dengan Sang Walikota yang terlanjur dicintai masyarakat Solo, bahkan mungkin masyarakat Indonesia lainnya. Perselisihan paham tersebut menyeruak akibat Sang Walikota menolak ijin pendirian Mal yang akan mengorbankan bangunan kuno oleh seorang pengusaha yang belakangan ternyata didukung Sang Gubernur. Konflik tersebut begitu menyeruak hingga tak kurang seluruh lapisan masyarakat, tukang becak sampai pecinta budaya berdemo mendukung penolakan Sang Walikota.
Kembali kepada demam mobil ESEMKA yang menyeruak sejak dijadikan Joko Widodo dan wakilnya sebagai mobil dinas. Gebrakan Sang Wali Kota tersebut rupanya langsung menjadi perbincangan Warga yang haus akan kebanggaan, tak kurang 3000 unit mobil kini sudah dipesan segenap lapisan masyarakat, mulai dari para politisi yang sedang sibuk mencari nama untuk modal pemilu berikutnya sampai artis yang haus popularitas dan sensasi. Mobil yang katanya hanya tinggal menjalani uji emisi tersebut secara mendadak ramai diperbincangkan, tak kurang wacana untuk dijadikannya sebagai mobil nasional dan diproduksi secara masal dengan harga yang murah turut mengemuka. Wacana menjadikan ESEMKA sebagai mobil murah kini menjadi bunga perbincangan yang hangat dimana-mana. Kehausan masyarakat akan sebuah kebanggaan serta publikasi media yang cenderung membabi buta pada akhirnya menjadikan fanatisme masyarakat akan ESEMKA membabi buta, belum lagi dukungan politis dari para pimpinan negeri ini yang berpandangan bahwa kontroversi mobil ESEMKA merupakan kendaraan yang pas untuk dijadikan tunggangan demi menaikan popularitas di masyarakat. Masyarakat kini lebih senang berfikir tentang kebanggaan dengan bumbu-bumbu peran antagonis para politisi yang semakin hari semakin tidak peka pada penderitaan rakyat, bahkan malah cenderung melukainya. Para politisi yang lebih senang pamer kemewahan dengan mobil mewahnya juga turut memberikan andil meningkatnya popularitas mobil ESEMKA.
Sesusungguhnya saya bukanlah orang yang berfikir bahwa mobil ESEMKA dan kebijakan mobil murah adalah hal yang tidak baik, namun saya ingin mencoba berfikir realistis dan objektif terhadap kondisi yang ada. Saya ingin mengajak para pembaca sekalian berfikir kedepan bilamana ESEMKA dijadikan mobil nasional. Saya ingin mengajak kita semua berfikir bijak tentang kondisi riil kedepan bilamana wacana ini diwujudkan. Seperti halnya kita semua tahu, harga mobil ESEMKA akan dipatok sebesar kurang dari Rp. 100.000.000/unit tentunya akan menimbulkan sebuah minat yang besar bagi masyarakat untuk memilikinya. Untuk itu mari kita berkaca pada tren yang ada, semenjak uang muka kredit sepeda motor dibuat murah (hanya Rp 500.000 saja) jumlah kepemilikan kendaraan roda dua di sejumlah kota menjadi meningkat tajam. Begitu pula ketika muncul sejumlah varian mobil kelas bawah seperti Av***a dan S*nia yang diluncurkan dua produsen mobil dari Jepang. Lantas akibatnya apa yang kita tanggung? Secara otomatis konsumsi BBM masyarakat menjadi meningkat diiringi dengan peningkatan subsidi yang ditanggung pemerintah dalam hal ini tentu saja itu adalah subsidi buta yang bisa dinikmati siapa saja. Dampak lainnya adalah jumlah dan luas jalan dibeberapa kota tak mampu mengimbanginya karena pertumbuhan jalan cenderung tertatih-tatih bahkan untuk sekedar meningkatkan mutu, kelas jalan dan memperbaikinya cederung butuh waktu yang lama. Kehadiran mobil nasional dengan harga murah selain akan merangsang peningkatan jumlah mobil juga akan menurunkan laju impor kendaraan, penurunan nilai impor kendaraan sudah pasti akan menurunkan pendapatan negara di bidang pajak impor. Selain hal tersebut di atas permasalahan lainnya yang mungkin sering kita lupakan adalah meningkatnya jumlah polusi yang dihasilkan kendaraan karena tentunya akan semakin banyak warga yang mampu membeli mobil, sehingga kedepan mobil bukan lagi menjadi barang mewah.
Lantas bagaimanakah langkah bijak menyikapi hal ini? seandainya saya seorang pimpinan seperti halnya seorang Presiden maka tentunya saya akan mengajak beberapa Menteri untuk berkoordinasi menyikapi masalah ini. Yang pertama sebagai langkah persiapan saya akan memberikan saran kepada Menteri Perindustrian untuk menaikkan pajak impor kendaraan sehingga nantinya mobil akan tetap berharga mewah, sedangkan impor untuk kendaraan roda dua akan saya batasi mati-matian untuk mempertahankan jumlah kendaran bermotor. Kemudian kepada Menteri Pendidikan saya akan menyuruh untuk memperbaiki mutu dan desain mobil tersebut dengan dibantu oleh Menteri Ristek sehingga nantinya bisa lebih baik lagi dan terlihat mewah. Mobil ESEMKA tersebut nantinya harus diproduksi masal secara terbatas, dimana nanti mobil tersebut akan saya proyeksikan sebagai mobil dinas dan operasional untuk semua lembaga pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah bahkan bila perlu itu akan menjadi sebuah kebijakan mengikat di semua lembaga pemerintahan. Saya akan tetap memberikan apresiasi dan ruang terhadap karya anak bangsa ini, sementara itu agar tingkat produksi mobil ESEMKA tidak terbatas pada pemenuhan mobil dinas dan operasional pemerintah saya akan menyuruh Kementrian Ristek membimbing anak-anak SMK tersebut untuk mengembangkan produknya menjadi produk traktor yang akan mensuport dunia pertanian kita yang tertatih karena terpaksa mengimpor beberapa hasil pertanian dari luar, sehingga petani akan diuntungkan oleh hal ini karena mampu membeli traktor dengan harga murah, tentang rencana ini tentunya saya akan menyuruh Menteri Pertanian mendampinginya. Hal lainnya yang mungkin tak boleh terlewatkan adalah pengembangan produk ESEMKA untuk trasportasi masal dan sarana angkutan barang. Dimana kedepan semua bus dan truk yang ada haruslah produk dalam negeri seperti yang telah terjadi di India, hal ini menyikapi harga mobil yang akan saya naikkan. Sehingga masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi tidak akan terbatasi mobilitasnya, begitu juga halnya dengan konsumsi BBM, subsidi BBM serta polusi tetap akan terkendali peningkatannya. Kebijakan ini tentunya juga akan memberikan sedikit nafas/tempo kepada Kementrian PU untuk memikirkan peningkatan jumlah, kualitas, kwantitas dan kapasitas jalan.
Hal lain yang tak kalah pentingnya tentunya saya akan memanggil Sdr. Dahlan Iskan untuk memfasilitasi kemampuan anak-anak bangsa ini, saya akan memerintahkan Kementrian BUMN untuk mendirikan sebuah koorporat atau memberikan kewenangan kepada perusahaan plat merah yang ada untuk menggawangi perusahaan otomotif nasional yang nantinya akan diisi oleh anak-anak lulusan SMK sehingga nantinya lulus SMK tak lantas menjadi pengangguran. Saya akan memerintahkan Kementrian Keuangan untuk memberikan pinjaman atau modal kepada BUMN yang akan di bangun. Dengan pemikiran demikian tentunya saya akan mengajak anda untuk tidak memandang secara fanatis dalam artian memaksa kita berdiri pada dua kubu yang bersebrangan atas dasar pemikiran reaktif. Disini yang ingin saya tegaskan bahwasannya kondisi udara kita semakin lama semakin memprihatinkan, polusi semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah kendaraan dan industri di negeri ini, berikutnya adalah lahan yang kita miliki semakin lama semakin sempit tergerus oleh kebutuhan jalan dan gedung yang berarti banjir akan terus menghantui karena minimnya lahan resapan, dan yang tak kalah pentingnya adalah jumlah konsumsi terhadap energi tak terbarukan akan membabi buta yang diikuti oleh meningkatnya subsidi buta yang seharusnya bisa untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakat miskin. Yang terpenting adalah, Ingatlah kawan bumi tak sedang baik-baik saja seperti seorang rekan saya sampaikan.


Sumber dan Referensi :
http://teknologi.kompasiana.com/otomotif/2012/01/19/gemuruh-mobil-esemka-vs-fanatisme-buta-pada-sebuah-produk/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar